
The Garda SIAGA Policy Bootcamp 2024 integrated disaster risk reduction (DRR) and climate change adaptation into policy frameworks through a cross-sectoral collaborative approach. This workshop engaged 26 participants from national and regional institutions.
Baca SelengkapnyaLaporan Kegiatan Garda SIAGA Policy Bootcamp
The four-day bootcamp was designed to foster collaboration across sectors and improve policy integration for disaster resilience. It featured three main activities: Expert Discussions, Peer Learning Sessions, and Action Planning.
Baca SelengkapnyaMemperkuat Ketangguhan Bencana melalui Garda SIAGA Policy Bootcamp
Perangkat kajian ketangguhan bencana di pulau kecil itu dikembangkan FPRB NTB dan perwakilan BPBD NTB sebagai koordinator, bersama Konsorsium untuk Studi dan Pengembangan Partisipasi (KONSEPSI) yang didukung Program SIAP SIAGA. Perangkat kajian ini mengadaptasi tiga model sekaligus yaitu indikator Desa Tangguh Bencana (Destana), ketangguhan pulau dan wilayah pesisir, dan sustainable livelihood.
Baca SelengkapnyaMendorong Ketangguhan Pulau-pulau Kecil
Staf Ahli Gubernur NTB Bidang Sosial dan Kemasyarakatan Izzuddin Mahili menyambut baik aplikasi SIAGA NTB ini. Menurutnya, kecepatan informasi sangat dibutuhkan dan bisa menjadi bahan dalam pengambilan keputusan. Selain itu, informasi yang ada di dalam aplikasi tersebut menjadi bentuk keterbukaan informasi penanggulangan bencana di Provinsi NTB. Dia berharap aplikasi ini bisa bermanfaat bagi masyarakat luas, bukan hanya untuk masyarakat NTB, tapi siapa pun yang kebetulan berkegiatan di NTB. “Semoga (aplikasi) ini memudahkan akses informasi kebencanaan di daerah kita,’’ ujarnya.
Baca SelengkapnyaBPBD NTB Luncurkan Aplikasi SIAGA NTB
In her address, Catherine Meehan highlighted that knowledge exchange is vital for innovation and shared learning in disaster risk reduction (DRR). "This is a key focus of the Australian Government’s collaboration with Indonesia in disaster management programs. This meeting aims to strengthen networks and support the development of inclusive, resilient communities
Baca SelengkapnyaPerumusan Kebijakan Kebencanaan Butuh Penyelarasan Pengetahuan
General Manager Hotel Sanur Resort Watujimbar IB Cendra menuturkan, para pelaku wisata sadar bahwa mereka bekerja dengan risiko yang tinggi. Hotel yang ia kelola, misalnya, bisa menampung 500 – 600 tamu per hari. Oleh karena itu, pengelola hotel beserta staf harus memahami potensi bencana dan mitigasinya agar tidak ada yang menjadi korban ketika sewaktu-waktu bencana tiba. SKB menjadi sangat penting bagi hotel yang di dalamnya melibatkan banyak orang. Adanya SKB juga berdampak positif secara bisnis. Terlebih tamu mancanegara umumnya lebih paham risiko bencana sehingga kerap menanyakan kesiapan hotel dalam menangani situasi darurat saat hendak memesan kamar. Hal itu juga berlaku bagi tamu-tamu yang akan mengadakan pertemuan di hotel. “Nah, kesempatan berbisnis jadi terbuka dengan sertifikasi ini, bahwa tim di hotel sudah punya skill dan pengetahuan untuk menangani situasi darurat. Jadi akan lebih dipercaya dan calon tamu merasa confidence,” katanya.
Baca SelengkapnyaMenjaga Rasa Aman Wisatawan dengan SKB
Previously, funds were mainly used for emergency purchases, such as clean water during droughts. “With PKD, villages understand the importance of allocating budgets for pre-disaster and recovery efforts, such as constructing preparedness posts and organising disaster training,” he explained.
Baca SelengkapnyaMemacu Ketangguhan Melalui Inovasi di Lomba Desa
The book "Outcome Document of the 2nd Global Forum for Sustainable Resilience 2024," held in Jakarta on September 11-12, 2024, aims to enhance discussions on sustainable resilience in addressing climate change and disaster management.
Baca SelengkapnyaDokumen Hasil GSFR 2024