Siap Siaga

Langkah Pusdalops PB NTT Menjadi Rujukan Informasi Bencana Tepercaya

Dalam kurun waktu dua tahun pasca Badai Siklon Tropis Seroja, Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah menjalankan berbagai program penguatan kapasitas seperti pengawasan, peringatan dini, dan pengelolaan informasi dan komunikasi. Kini, Pusdalops PB telah menjadi rujukan utama, tidak hanya bagi para pemangku kepentingan, namun juga bagi warga NTT. Ambrosius Kodo, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), masih mengingat sulitnya mendapatkan data apalagi informasi tentang kebencanaan sebelum mulai menduduki posisi tersebut pada Agustus 2021. Dia mengatakan bahwa pada saat itu laporan yang masuk belum sistematis walau fasilitas perangkat informasi dan komunikasi yang dimiliki Pusdalops PB NTT terbilang canggih.

Gedung dan fasilitas Pusdalops PB NTT dibangun melalui program Australia Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) yang rampung sekitar tahun 2015 tersebut. Namun, pelaksanaannya terkendala oleh kurangnya kapasitas atau kemampuan teknis yang dibutuhkan oleh Pusdalops PB, tambahnya.

“Kalau ada situasi tertentu, pertanyaan (pemerintah) pusat sangat sederhana: Laporannya sudah masuk Pusdalops PB atau belum? Dengan situasi seperti itu, bagaimana kami mau menjawabnya?” kata Ambrosius.

Gedung dan fasilitas Pusdalops PB NTT dibangun melalui program Australia Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR) yang rampung sekitar tahun 2015 tersebut. Namun, pelaksanaannya terkendala oleh kurangnya kapasitas atau kemampuan teknis yang dibutuhkan oleh Pusdalops PB, tambahnya.

Berkaca pada pengalaman tersebut, Ambrosius yakin akan banyak manfaat yang didapat jika revitalisasi Pusdalops PB bisa dilakukan. Pusdalops PB bisa menjadi wadah atau media untuk mengelola informasi terkait pengurangan risiko bencana (PRB) hingga penanganan kedaruratan. Perencanaan pembangunan di pemerintahan berbagai level pun akan semakin baik dengan adanya data kebencanaan berkualitas yang bisa dirujuk bersama.

Sulitnya mendapatkan informasi terkait kebencanaan di NTT dari Pusdalops PB juga diakui oleh Yusta R. Ramat, Staf Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD NTT yang juga menjadi pengelola konten website dan media sosial BPBD. Sebelum bergabung dengan BPBD NTT, Yusta bekerja sebagai jurnalis. Ketika masih menjadi jurnalis, ia mengaku lebih merujuk pada informasi yang bersumber dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).BMKG).

“Waktu saya pertama masuk BPBD pada 2021, beberapa pelatihan untuk staf sudah dilakukan sebelumnya, termasuk pelatihan menulis berita. Walau demikian, hasilnya belum maksimal,” katanya.

Momentum Pembenahan

 Harapan Ambrosius selaku Kepala Pelaksana BPBD NTT untuk merevitalisasi Pusdalops PB mendapat momentum ketika bertemu dengan dukungan dari Program SIAP SIAGA. Waktu itu, ia baru saja dilantik. Program SIAP SIAGA langsung membantunya memulai langkah revitalisasi.

Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan dengan dukungan dari Program SIAP SIAGA, Ambrosius bisa mengetahui aspek dan langkah yang perlu diambil guna membangun Pusdalops PB. Salah satunya adalah kebutuhan sumber daya. Untuk itu, ia pun mengajukan permintaan penambahan staf dengan standar kompetensi penguasaan teknologi informasi (TI). Akan tetapi, keterbatasan fiskal

Dampak dari pelatihan-pelatihan tersebut ternyata berbeda dengan sebelumnya. Menurut Yusta, kualitas produksi informasi termasuk penulisan di tim Pusdalops PB terlihat nyata peningkatannya. Jika sebelumnya sebagai mantan jurnalis dia praktis harus bekerja ekstra untuk membenahi tulisan tim, sedikit demi sedikit hal itu bisa berkurang. Penggarapan informasi pun makin beragam media, mulai dari laman resmi hingga beragam media sosial. Jenisnya juga mencakup tulisan, infografik maupun audiovisual.

Dampak dari pelatihan-pelatihan tersebut ternyata berbeda dengan sebelumnya. Menurut Yusta, kualitas produksi informasi termasuk penulisan di tim Pusdalops PB terlihat nyata peningkatannya. Jika sebelumnya sebagai mantan jurnalis dia praktis harus bekerja ekstra untuk membenahi tulisan tim, sedikit demi sedikit hal itu bisa berkurang. Penggarapan informasi pun makin beragam media, mulai dari laman resmi hingga beragam media sosial. Jenisnya juga mencakup tulisan, infografik maupun audiovisual.

Meningkatnya Kepercayaan Publik

Perlahan namun pasti, kepercayaan masyarakat terhadap aliran informasi dari Pusdalops PB NTT pun meningkat. Ini antara lain terlihat dari jumlah pengakses informasi di semua kanal media yang terus bertambah. Naiknya tingkat kepercayaan ini menjadi penting bagi kampanye dan capaian kinerja BPBD NTT. Membaiknya kualitas informasi dan komunikasi melalui beragam media yang dikelola Pusdalops PB, termasuk pusat panggilan (call center) 08113844777, bagi Ambrosius juga berarti memberi ketenangan pada warga.

 “Memberikan bukti bahwa ini lho pemerintah hadir. Akhirnya trust warga terbentuk dan terus meningkat, yang pada akhirnya memudahkan BPBD dalam melakukan kampanye kesiapsiagaan,” jelasnya.

 Perkembangan teknologi informasi memang membuat masyarakat lebih mudah mengakses kanal-kanal media Pusdalops PB NTT. Namun, perkembangan teknologi juga memungkinkan dinamika informasi yang begitu cepat. Disinformasi bisa tersebar dengan mudah dan cepat, kadang hanya dengan berbekal pemaknaan sepihak terhadap tampilan di aplikasi-aplikasi prediksi cuaca. Namun, kondisi ini tidak terlalu manjadi masalah bagi tim Pusdalops PB. Dengan terus aktif selama 24 jam, tim Pusdalops PB dapat segera merespons disinformasi yang mulai muncul agar tidak makin meluas dan menimbulkan ketakutan yang berlebihan.

“Saya selalu menegaskan bahwa perlakuan pada staf di Pusdalops PB memang harus berbeda, karena siklus dan beban kerjanya memang berbeda. Itu sebabnya saat ini diskusi kami dengan Biro Organisasi Pemprov NTT masih berlangsung intensif. Yang dibahas adalah tentang kelembagaan Pusdalops agar tidak tumpang tindih dengan kedaruratan. Fokus ke tata kelola informasi karena terbukti sangat dibutuhkan, bukan hanya oleh masyarakat melainkan juga para pengambil kebijakan,” kata Ambrosius.

Membaiknya tata kelola informasi kebencanaan di NTT melalui Pusdalops PB ternyata memang berdampak ke para pengambil kebijakan. Para pemangku kepentingan di bidang kebencanaan, baik Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) maupun unsur pentahelix lainnya seperti pelaku usaha, perguruan tinggi, dan media kini semakin aktif dalam mendiskusikan berbagai isu bencana di NTT.