BNPB melihat bahwa para penggerak di lapangan yang berangkat dari komunitas-komunitas lokal memiliki peranan penting dalam meningkatkan ketangguhan lokal dan pengelolaan risiko bencana. “Mereka berdomisili di situ, tentunya mereka dikenal baik oleh masyarakat di sana, sehingga memiliki kemampuan untuk menggerakan masyarakat lokal. Perkataan mereka lebih mungkin didengar. Orang luar belum tentu bisa melakukan hal tersebut. Konteks lokal sangatlah penting dalam membangun ketangguhan lokal dan pengelolaan risiko bencana,” ujar Pak Papang.
Banjir bandang yang melanda daerah di wilayah hulu Sungai Jeneberang, Sulawesi Selatan, pada 2004 telah meninggalkan pelajaran berharga bagi para warga yang terdampak. Kejadian yang menelan 33 korban jiwa dan ratusan ternak, serta merusak permukiman dan infrastruktur menjadi titik mula bagi Kaharuddin Muji dan teman-temannya untuk membentuk jaringan masyarakat Komunitas Sabo Jeneberang pada 2005.
Komunitas tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan warga dalam menghadapi risiko bencana di masa depan. Edukasi, simulasi dan konservasi menjadi kegiatan utama komunitas tersebut.
Cerita tersebut merupakan salah satu cuplikan kisah inspiratif yang dimuat dalam Buku “Masyarakat Sungai Bertutur” yang telah terbit pada 2023 oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan didukung oleh Program SIAP SIAGA. Cerita di atas juga memberikan gambaran bahwa terdapat tokoh-tokoh lokal yang tinggal di daerah rawan bencana yang mampu menginisiasi gerakan-gerakan mitigasi dan pengelolaan risiko bencana dengan pendekatan yang sesuai dengan konteks daerah mereka.
Bagi masyarakat yang lahir dan tinggal di wilayah rawan bencana, perasaan was-was terhadap bencana mungkin merupakan sesuatu yang mereka alami setiap hari. Bagi mereka yang menetap di kaki gunung api, dampak erupsi bisa terjadi kapan saja akibat letusan gunung api. Selain itu, ketika musim penghujan tiba, sebagian masyarakat umum mungkin menganggapnya sebagai berkah, namun bagi mereka yang tinggal di sepadan sungai, potensi banjir yang bisa melanda dan menghanyutkan rumah dan harta benda menjadi ancaman nyata. Hal yang sama berlaku bagi mereka yang tinggal di daerah pesisir, di mana risiko abrasi, gelombang pasang ektrem dan gempa yang berakibat tsunami bisa terjadi kapan saja.
Keadaan seperti itulah yang mendorong tokoh-tokoh lokal di daerah rawan bencana untuk bergerak. Sayangnya, menurut Direktur Kesiapsiagaan BNPB, Drs. Pangarso Suryotomo atau yang akrab disapa Pak Papang, cerita-cerita praktik baik ketangguhan berbasis lokal belum terdokumentasi dengan baik.
Hal itu menjadi salah satu motivasi yang mendorong Pak Papang bersama Program SIAP SIAGA untuk membuat serial buku yang berisi solusi dan praktik baik komunitas lokal dalam membangun ketangguhan terhadap ancaman bencana dan risiko iklim di lingkungan tempat tinggalnya.
Dari Lokal untuk Inspirasi dan Inovasi
Melalui Program Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (PRBBK), Pak Papang melihat banyak kerja-kerja yang diinisiasi komunitas lokal telah berhasil berkontribusi dalam membangun ketangguhan di tingkat tapak.
“Hasil kerja-kerja tersebut banyak disampaikan melalui seminar-seminar. Namun, kami (BNPB) tidak mengetahui secara pasti bagaimana keberadaan mereka. Sehingga kami berpikir untuk mendokumentasikan cerita-cerita mereka dalam bentuk buku” jelas Pak Papang.
Ide tersebut dilanjutkan dengan menulusuri komunitas-komunitas di sekitar gunung berapi pada tahun 2022. Penelurusan tersebut menghasilkan temuan bahwa banyak tokoh-tokoh inspiratif yang telah berhasil membuat ketangguhan berbasis lokal, namun terkadang kurang dipandang oleh pemerintah di daerah tersebut.
BNPB melihat bahwa para penggerak di lapangan yang berangkat dari komunitas-komunitas lokal memiliki peranan penting dalam meningkatkan ketangguhan lokal dan pengelolaan risiko bencana. “Mereka berdomisili di situ, tentunya mereka dikenal baik oleh masyarakat di sana, sehingga memiliki kemampuan untuk menggerakan masyarakat lokal. Perkataan mereka lebih mungkin didengar. Orang luar belum tentu bisa melakukan hal tersebut. Konteks lokal sangatlah penting dalam membangun ketangguhan lokal dan pengelolaan risiko bencana,” ujar Pak Papang. Dalam membangun ketangguhan, peran mereka tidak terbatas pada penanggulangan bencana, tetapi dapat menyentuh aspek kesejahteraan masyarakat di daerah tersebut. Dalam konteks ini, kesejahteraan tidak terbatas pada aspek mata pencaharian masyarakat, namun bagaimana kebutuhan dasar masyarakat dapat terpenuhi melalui inisiatif-inisiatif komunitas lokal.
Pak Papang menjelaskan bahwa pembelajaran dari komunitas lokal yang terdokumentasi menjadi buku dapat didiseminiasikan ke jangkauan yang lebih luas untuk menginspirasi daerah lain, baik skala nasional mapun internasional.
Upaya dokumentasi pengetahuan ini juga merupakan bentuk instrumen untuk memicu munculnya pengetahuan-pengetahuan dan aktor-aktor lain untuk menceritakan kisah mereka dalam aksi membangun ketangguhan berbasis komunitas. Harapannya dapat tercipta proses pertukaran pengetahuan antara aktor-aktor tersebut di masa depan, sehingga pembelajaran mereka dapat direplikasi di daerah lain.
Saat ini, BNPB didukung oleh Program SIAP SIAGA telah menerbitkan dua buku. Buku pertama adalah, Masyarakat Gunung Berapi Bertutur, yang berisi cerita dari komunitas gunung berapi dalam membangun resiliensi dan telah terbit Mei 2022. Buku kedua berjudul Masyarakat Sungai Bertutur, yang menceritakan kisah-kisah inspiratif tentang ketangguhan komunitas sungai dan telah terbit pada Oktober 2023. Buku terdekat yang akan segera terbit pada Peringatan Bulan Penanggulangan Risiko Bencana (Bulan PRB) Oktober 2024 akan membahas cerita-cerita inspiratif dari masyarakat yang tinggal di pesisir pantai dalam membangun ketangguhan lokal menghadapi risiko bencana dan perubahan iklim.
Cerita yang Berbuah Dampak
Cerita praktik baik dan inovasi berbasis komunitas dalam membangun resiliensi tidak berhenti saat buku tersebut telah terbit. Diseminasi pengetahuan tersebut sudah melahirkan dampak dalam bentuk pembelajaran yang diadopsi di daerah lain.
Sebagai contoh, komunitas yang berbasis di Gunung Semeru di Provinsi Jawa Timur telah melakukan studi banding dengan komunitas yang berbasis di Gunung Merapi, utamanya dari Komunitas PASAG Merapi yang ceritanya dimuat di Buku “Masyarakat Gunung Berapi Bertutur.”
“Hampir semua teradopsi dengan baik. Masyarakat komunitas Gunung Semeru sudah belajar dengan komunitas yang berbasis di Gunung Merapi. Banyak komunitas yang berbasis di kawasan sungai sudah belajar dari komunitas sungai di Sulawesi yang ceritanya dimuat dalam Buku “Masyarakat Sungai Bertutur.” Meski begitu, penerapannya disesuaikan dengan konteks di daerah mereka” ucap Pak Papang.
Cerita praktik baik dari komunitas-komunitas tidak hanya ditampilkan melalui buku-buku yang telah terbit. Namun, para penggerak komunitas juga beberapa kali mengikuti kegiatan-kegiatan yang memungkinkan mereka untuk menceritakan kisah inspiratif mereka secara langsung ke audiens dan berjejaring dengan mereka.
Salah satu momentumnya adalah ketika perhelatan the 10th World Water Forum (Forum Air Dunia ke 10 yang diadakan di Bali pada 18 hingga 25 Mei 2024. Menurut Pak Papang, rekan-rekan komunitas berbasis sungai yang dimuat di Buku “Masyarakat Sungai Bertutur” turut hadir dalam forum tersebut. Mereka mengikuti diskusi dalam forum dan turut berkontribusi pada pembuatan kesepakatan bertaraf global sebagai keluaran dari forum tersebut.
Melihat keberhasilan dari pendokumentasian praktik baik berbasis komunitas, Pak Papang menyampaikan bahwa BNPB berencana untuk menyusun buku ke empat, setelah buku terkait masyarakat pesisir terbit. “Buku ke empat nantinya akan fokus pada cerita penguatan mitigasi bencana di daerah lereng gunung, sungai dan pesisir. Cerita ini cukup penting untuk diangkat karena akan menyorot bagaimana komunitas lokal mampu menciptakan sistem mitigasi bencana, bahkan terkait peringatan dini jika terjadi bencana,” jelas Pak Papang.
Program SIAP SIAGA adalah Kemitraan Australia-Indonesia yang bertujuan untuk menguatkan ketangguhan bencana di Indonesia dan Kawasan Indo-Pasifik
HUBUNGI KAMI
Kami akan senang mendengar dari Anda.
Jangan ragu untuk menghubungi menggunakan detail di bawah ini.
Alamat:
SIAP SIAGA
Treasury Tower 59th Floor, District 8 SCBD Lot 28, Jl. Jend. Sudirman Kav 52 – 53
Jakarta Selatan, 12190, Indonesia
Telepon: +6221 7206616
Email: siap.siaga@thepalladiumgroup.com